Press Release: Grand Closing PRESENT ’22

Selasa, 15 juni 2022 M/ 15 Dzulkaidah 1443 H

SEMINAR NASIONAL WAKAF GOES TO CAMPUS (WGTC)

intensify the rope of millennials developing the waqf ecosystem in Indonesia”

(Hall Room lt.3 14 Juni 2022) Kegiatan yang diselenggarakan pada hari Selasa 14 Juni 2022 di awali dengan pembukaan MC oleh Mutya Qurratu’ayuni Mustafa dan pembacaan Kalam ilahi oleh Lalu M Masyath Nawawi M. Rangkaian kegiatan selanjutnya sambutan yaitu, sambutan pertama oleh Nurizal Ismail M.A sebagai direktur LPPM IAI Tazkia. Dan dilanjutkan sambutan oleh Muhammad Murtadha selalu ketua KSEI Progres Tazkia. Sambutan ketiga dari Muhammad Syauqi Al Ghifari sebagai Presiden Nasional FoSSEI berbincang terkait tema wakaf agar terus berkontribusi melalui program wakaf dan mengatasi permasalahan yang ada. Adapun sambutan terakhir yang di sampaikan oleh Rektor IAI Tazkia Dr. Murniati Mukhlisin, M.Acc, CFP, IFP

Pada acara Grand Closing Present 2022 sekaligus Seminar Wakaf Goes to Campus ini mengangkat tema “Intensifny the Rope of Millenials Develoving the Waqf Ecosystem in Indonesia” yang akan diisi oleh pemateri yang pakar dibidangnya. Pemaparan oleh pemateri pertama yaitu Prof dr Raditya Sukmana SE. MA (Waqf Fund Consultant), beliau menyampaikan bahwa kini wakaf telah mengalami perkembangan di berbagai sektor, bukan sekedar “kelembagaan religius” yang hanya mengurusi hal-hal keagamaan ritual, melainkan dapat menjadi “kelembagaan sosio-eknomi” apabila perannya dioptimalkan. Jika sebuah aset diwakafkan dan manfaat atau keuntungan dari pengelolaan wakaf tersebut digunakan untuk kegiatan pemberdayaan sosio-ekonomi masyarakat. Maka wakaf mampu menjadi tools untuk meningkatkan kesejahteraan sosial dan  mendorong pertumbuhan ekonomi secara inklusif. Selain itu Materi yang dibawakan dengan judul “Peran Intelektual Muda Dalam Pengembangan Wakaf di Era Digital”. Juga menekankan peluang dan tantangan ekspansi wakaf di era digital. Beliau memaparkan 4 isu utama pengembangan wakaf yakni rendahnya efisiensi pengelolaan aset, kurangnya akuntabilitas dalam manajemen wakaf, likuiditas aset tetap wakaf terbatas, dan minimnya inovasi dalam penggunaan teknologi. Beliau menyarankan ekonom muslim selaku kaum intelektual muda untuk terus mengasah skill dan berkolaborasi dalam berbagai sektor untuk menunjang inovasi-inovasi wakaf. Di ujung pemaparan beliau menyampaikan pesan “bersungguh-sungguh dan berikan yang terbaik agar menjadi orang yang bermanfaat.”

Kemudian pemararan dari pembicara kedua oleh Dr. Lisa listiana (Pendiri dan Direktur WaCIDS) membahas tentang “Menjadi Milenial Berdampak Melalui Wakaf”. Beliau menyampaikan 2 tantangan terbesar ekonomi ummat yakni modal usaha dan sistem ekonomi. Bukan hal yang tabu bagi masyarakat bahwa orang kaya semakin kaya, yang miskin semakin miskin. Di terangkan dengan dalil “Dan janganlah harta itu hanya berputar pada sebagian kecil golongan saja …”(QS. Al-Hasyr : 7) Singkatnya, agar harta itu jangan hanya beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu, tetapi harus memiliki fungsi sosial seperti air mengalir ke tempat yang lebih rendah sehingga bermanfaat bagi kaum duafa. Selain itu juga beliau memaparkan peran kita dalam wakaf untuk penelitian, aksi, dan edukasi sehingga mengetahui bagaimana cara mengelola wakaf dengan baik dan bermanfaat untuk ummat. Kesimpulan dari pemaparan beliau adalah mengubah dunia harus mulai dari diri kita sendiri.

Pemateri selanjutnya, yaitu Bobby Porman Manullang (GM Fundraing Wakaf Dompet Dhuafa) Beliau mensosialisasikan bahwasanya funding dompet dhuafa membuat gerakan “Semua Bisa Wakaf” dengan kemudahan berwakaf dalam satu genggaman aplikasi yang bisa dimulai dengan harga segelas kopi. “Kita akumulasikan masyarakat Islam di Indonesia sekitar dua ratus juta, seratus juta diantaranya merupakan kelompok masyarakat ekonomi mampu atau cukup. Apabila seratus juta orang ini setiap bulannya mewakafkan uang seribu rupiah saja, dalam sebulan wakaf yang kita kumpulkan adalah sebesar satu triliun.”  Hal ini beliau sampaikan karena di kalangan masyarakat masih ada gap mengenai pemahaman berwakaf. Diantaranya, wakaf masih dianggap ibadahnya kalangan the haves. Kemudian  dikerjakan dalam bilangan besar, tidak perlu disegerakan (Sudah tua baru ditunaikan) bahkan  Wakaf dianggap sebatas untuk manfaat sosial ibadah. Padahal jika di optimalisasikan dana wakaf bisa memberikan kesejahteraan masyarakat Indonesia dari berbagai aspek mulai dari pendidikan, sosial, kesehatan, pemerintahan dan perekonomian. “Seorang yang paling beruntung adalah seorang yang berhenti bernafas namun tetap mengalir pahalanya, maka janganlah berhenti berwakaf.” Ucap beliau ketika mengakhiri materi.

Dalam acara ini terdapat guest yang akan memberikan sosialisasi wakaf yaitu oleh Aliah Sayuti dengan tema peran millenials dalam berbagi kebaikan di medsos cara agar bisa menjadi berkah. Pemateri selanjutnya, yaituRio eldianshon SE.MSI Apapun kita siapapun kita Allah punya skenario yang tidak pernah terbayangkan oleh pikiran kita yang terbatas, Namun Ilmu dan segala skenarionya yang amat luas memberikan yang terbaik untuk kita diluar jangkauan kita sendiri” pesan dari beliau.Di akhir acara setelah ditutup dengan doa, kemudian pemberian sertifikat kepada pemateri dan pemberian doorprize kepada penanya terbaik, juga di lengkapi dengan sesi dokumentasi bersama.

Penyusun Press Release:

  1. Annisa Kartika Ocktavia (Sekretaris PRESENT 22)
  2. Rahmawati Aulia putri (Voulenteer PRESENT 22)
  3. Putri Solihatuzzahra (Panitia PRESENT 22)

Leave a Reply