Day: August 13, 2020

  • Foto Kegiatan KSEI Progres 2019/2020

    KSEI Progres masa jabatan 2019/2020 menjalani berbagai macam kegiatan, baik di kampus maupun luar kampus. Berikut merupakan beberapa foto dari kegiatan KSEI Progres:

  • Analisa Studi Kelayakan Penerapan Investment Account Platform (IAP) Malaysia Dalam Pengembangan ZISWAF di Indonesia: Solusi Optimalisasi dalam Menghimpun, Mengelola, dan Mendistribusikan Dana ZISWAF

    Oleh: Muhammad Syihabudin

    Berbicara perihal Zakat, Infaq, Sedekah, serta Wakaf (Ziswaf), maka tak lepas membahas tentang bagaimana cara menghimpun, mengelola dan mendistribusikan dana ZISWAF. Di Zaman Rasulullah Shallallahu‘alaihi Wassallam dan pemerintahan setelahnya. Pemerintah menangani langsung dana ZISWAF. Hal tersebut membuktikan bahwa negara memiliki kewenangan untuk membentuk lembaga dalam mengelola dana ZISWAF. Manajemen Pengelolaan dana ZISWAF seperti itu merupakan perwujudan dan pelaksanaan dari Q.S Al-Taubah:103 dan Q.S Al-Baqarah:267 [1] yang isi ayatnya secara eksplisit menuntut Negara untuk hadir langsung dalam memastikan penghimpunan, pengelolaan dan pendistribusian dana ZISWAF dengan baik dan tepat. Atas dasar ayat tersebut para ulama fiqih menyimpulkan bahwa kewenangan untuk melakukan penghimpunan, pengelolaan dan pendistribusian ZISWAF hanya dapat dilakukan oleh pemerintah yang memiliki otoritas dan kewewenangan yang dapat dipertanggungjawabkan (PUSKAS BAZNAS, 2018).[2] Indonesia yang menerapkan ZISWAF dengan lembaga resminya BAZNAS dan BWI berusaha seoptimal mungkin untuk dapat menghimpun dana ZISWAF dengan harapan dapat membantu mengatasi permasalahan bangsa, baik dari segi ekonomi maupun sosial.

    Menurut Centre of Reform on Economics (Core) total jumlah penduduk dibawah garis kemiskinan berdasarkan skenario menunjukan 14,35 % atau 37,9 juta orang dari total penduduk Indonesia (Mutia Fauzia, 2020).[3] Berdasarkan data tersebut maka disinilah peran dana ZISWAF dalam mengurangi tingkat kemiskinan, menciptakan keadilan sosial ekonomi dan menciptakan distribusi pendapatan yang merata agar perhitungan harga tepat sasaran dan adil bagi semua pihak (Ir. H. Adiwarman Karim, 2007).[4] Dalam Konteks makro dilihat dari sisi mustahiq hubungan ZISWAF dengan konsumsi berbanding positif. Orang miskin yang menerima ZISWAF, konsumsinya akan semakin meningkat. Karena setelah ia menerima dana ZISWAF, pendapatannya akan bertambah sehingga ia dapat memenuhi kebutuhan ekonominya. Peningkatan konsumsi ini secara agregat akan


    1 Q.S. Al-Taubah:103 dan Q.S. Al-Baqarah:267.
    2 Pusat Kajian Strategis (PUSKAS)-Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Outlook Zakat Indonesia, Jakarta, 2018.
    3 Mutia Fauzia 2020, Centre of Reform on Economics (Core).
    4 Ir. H. Adiwarman Karim, 2007, Ekonomi Mikro Islami, edisi ketiga. PT. Raja Grafindo Jakarta hal 134.


    Pages: 1 2 3 4 5

  • PENGARUH SOCIAL MEDIA MARKETING TERHADAP MINAT INVESTASI DI PASAR MODAL SYARIAH

    Oleh: EVANIA HERINDAR, ALYA SHABRINA ZATA AMANI & RICKA KRISNAWATI

    Indonesia merupakan negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia (CIA World Factbook). Tentu dengan penduduk muslim yang banyak serta segala indikator yang mendukung tumbuhnya perekonomian syariah, menjadikan Indonesia sebagai negara dengan tingkat investasi syariah yang semakin tinggi setiap tahunnya. Pernyataan ini diperkuat dengan dikeluarkannya data dari Peta Investor Syariah 2018, pertumbuhan investor syariah naik sebanyak 92% dari tahun 2017 ke 2018. Tentu nominal ini terbilang besar jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.

    Meskipun begitu, tingginya tingkat investasi syariah belum diiringi dengan tingkat literasi dan inklusi yang tinggi di masyarakat Indonesia. Pengertian dari literasi keuangan adalah kegiatan edukasi untuk meningkatkan pemahaman tentang keuangan. Edukasi mengenai keuangan merupakan hal yang sangat penting untuk dimiliki masyarakat. Karena masyarakat dengan tingkat literasi keuangan yang tinggi dapat lebih mudah memahami hal-hal yang terkait dengan industri jasa keuangan serta memiliki informasi untuk mengakses industri jasa keuangan yang diperlukan dalam aktivitas kehidupan sehari-hari mereka. Oleh karena itu masyarakat yang well literate dapat mengatur keuangan dengan lebih bijak (SNLKI 2017). Setelah memiliki tingkat literasi yang tinggi langkah selanjutnya untuk menjadikan masyarakat Indonesia well literate adalah dengan menaikkan tingkat Inklusi di Indonesia.

    Pengertian inklusi hampir sama dengan literasi, yaitu keduanya sama-sama merupakan kegiatan edukasi namun perbedaannya adalah inklusi bertujuan agar masyarakat yang sudah mulai memahami tentang saham (well literate) menjadi lebih terpacu untuk menjadi investor saham syariah dengan cara membuka rekening Efek syariah. Literasi dan inklusi berperan penting dalam masyarakat untuk menjadi investor yang aktif karena menurut data hasil Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan tahun 2016 adanya korelasi positif antara literasi keuangan dengan inklusi keuangan baik pada jasa keuangan konvensional maupun syariah. Namun, korelasi antara literasi keuangan dengan inklusi keuangan syariah relatif lebih lemah dibandingkan konvensional. Hal ini menandakan bahwa masyarakat dengan literasi keuangan syariah yang baik belum tentu akan menggunakan produk dan layanan jasa keuangan syariah. Karena permasalahan inilah dibutuhkan sarana yang dapat meningkatkan tidak hanya tingkat literasi namun juga inklusi masyarakat dalam keuangan syariah.

    Berdasarkan data dari SNLKI Revisit 2017 data inklusi keuangan syariah nasional mencapai 11.1% sedangkan data literasi keuangan syariah nasional hanya mencapai 8.1 % dari data ini dapat disimpulkan bahwa literasi dan inklusi keuangan syariah di Indonesia masih perlu ditingkatkan dan di optimalkan.
    Oleh karena itu dibutuhkan solusi agar dapat terciptanya Indonesia dengan tingkat literasi dan inklusi yang tinggi menuju masyarakat Indonesia sadar investasi syariah. Semenjak lahirnya revolusi industri 4.0, internet dan sosial media mulai digunakan masyarakat dalam skala yang masif. Pada tahun 2017 saja masyarakat yang mengakses internet menggunakan telepon seluler mencapai porsi 91,45 % (BPS, Survei Sosial Ekonomi Nasional) dan pengguna sosial media di Indonesia pada Januari 2019 juga memiliki jumlah nominal yang banyak yaitu mencapai 150 juta atau sebesar 56% dari total populasi (Wearesosial Hootsuite). Tentu ranah digital jika dapat dimanfaatkan dengan baik, memiliki potensi yang besar dalam meningkatkan literasi dan inklusi. Oleh karena itu dengan menggunakan sosial media marketing, diharapkan dapat menaikkan tingkat literasi dan inklusi. (Progresstech.co.id)

    Melalui sosial media masyarakat dapat tetap berinteraksi meski tidak langsung bertemu, semenjak munculnya internet dan sosial media bentuk pemasaran juga telah banyak berubah yang tadinya secara tradisional dengan menggunakan media spanduk, baliho dan lain-lain sekarang telah menggunakan social media marketing. Social media marketing adalah sebuah proses yang mendorong individu untuk melakukan promosi melalui situs web, produk, atau layanan mereka melalui saluran sosial online dan untuk berkomunikasi dengan memanfaatkan komunitas yang jauh lebih besar yang memiliki kemungkinan lebih besar untuk melakukan pemasaran daripada melalui saluran periklanan tradisional (Weinberg, 2009:3-4).

    Masyarakat banyak beralih dari pemasaran tradisional menjadi social media marketing karena kelebihan-kelebihan yang dimiliki oleh social media marketing. Beberapa diantaranya adalah lebih mudah mengetahui statistik data pelanggan, pencarian target konsumen lebih mudah, dapat membagikan informasi dengan lebih cepat, konsumen dapat dapat lebih mudah mencapai bisnis tersebut, dan dapat meningkatkan brand awareness dan promosi dengan biaya yang minim.
    Oleh karena itu di dalam penelitian ini akan dibahas variable-variable dalam sosial media marketing yang perlu di optimalkan untuk meningkatkan minat investasi. Variable-variable tersebut adalah online communities, interaction, sharing of content, accessibility, dan credibility. Dengan begitu diharapkan dapat tercapai solusi untuk menaikkan tingkat literasi dan inklusi.

    Lebih lanjut:

  • Pengaruh Halal Sertification dan Halal Awareness Terhadap Keputusan Pembelian Produk Makanan Halal dengan Minat Pembelian Sebagai Variabel Intervening Pada Generasi Muslim Z

    Oleh: EVANIA HERINDAR, ALYA SHABRINA ZATA AMANI & RIKA WULANSARI

    Abstrak:

    Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh halal awareness dan halal sertification terhadap keputusan pembelian produk makanan halal dengan minat pembelian sebagai variabel intervening. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah path analysis (analisis jalur) dengan mengambil 151 responden (genersi Z) sebagai sample penelitian yang ditarik berdasarkan purposive sampling dengan tingkat signifikan 5 %. Hasil penelitian menunjukkan halal awareness berpengaruh positif dan signifikan terhadap minat beli, halal sertification berpengaruh positif dan signifikan terhadap minat beli, halal awareness tidak berpengaruh dan tidak signifikan terhadap keputusan pembelian, halal sertification berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian, minat pembelian berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian produk makanan halal, minat beli merupakan variabel intervening antara halal awareness terhadap keputusan pembelian produk makanan halal, dan minat beli merupakan variabel intervening antara halal sertification terhadap keputusan pembelian.

    Keywords : Generasi Z, Halal Awareness, Halal Sertification, Keputusan Pembelian, Minat Beli

    File:

  • ANALISIS IFE EFE DAN CPM TERHADAP MOSQUE PERFORMANCE DALAM PEMBERDAYAAN UMAT (STUDI KASUS 3 MASJID DI TIGA KOTA : MASJID AL-LATHIIF, MASJID AL-FALAH, DAN MASJID JOGOKARIYAN)

    Oleh: Hidayatul Azqia, Asfa Asfia & Evania Herindar

    Permasalahan di masyarakat yang semakin kompleks dan pelik menuntut masjid untuk mampu menjadi pusat peradaban yang mampu mengakomodir kebutuhan sosial. Manajemen dan pengelolaan masjid yang profesional dan visioner diperlukan sebagai langkah konstruktif dalam meraih kejayaan islam. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk memberikan contoh masjid yang berdaya dan dapat menjadi basis pemberdayaan umat dengan menggunakan metode penelitian IFE EFE dan CPM untuk mengidentifikasi keunggulan yang dimiliki ketiga masjid yang diteliti dengan harapan dapat menjadi tolak ukur pelaksanaan managemen dan pengelolaan masjid di berbagai tempat.

    Adapun kekurangan yang teridentifikasi diharapkan menjadi bahan evaluasi bersama dalam rangka penyempurnaan peran dan fungsi masjid. Hasil dari penelitian ini adalah ketiga masjid dalam status berdaya dengan perolehan skor IFE EFE masing-masing masjid adalah Al Lathiif 3,5-3,4, Al Falah 3,4-3,3, dan Jogokariyan 3,76-3,55 yang mengartikan bahwa ketiga masjid ini masuk ke dalam IFE EFE matrix nomor 1 yang berarti tumbuh dan kembangkan. Adapun CPM masing-masing masjid menunjukkan Al Lathiif 3,54, Al Falah 3,57, dan Jogokariyan 3,74. Dapat diartikan bahwa ketiga masjid ini memiliki keunggulan berbeda dan merupakan masjid dengan tingkat pemberdayaan umat yang telah berjalan, fasilitas memadai, jamaah yang ramai, kegiatan masjid yang hidup, dan pengelolaan keuangan rapi dan transparan. Dengan begitu ketiga masjid tersebut telah layak dijadikan sebagai role model untuk pengembangan masjid yang lain.